Jumat, 15 Maret 2013

Sepenggal Cerita Bersama Samsul...

Dua hari yang lalu, saya dikejutkan oleh laporan mbak Yah, kalau samsul (salah satu kucing kampung yang biasa main kerumah) diceburin tetangga sebelah rumah ke got gede, bahkan saat samsul hendak naik dari got langsung di dorong lagi ke got, pelaku nya apakah anak-anak yang belum nalar? tentu tidak, karna mereka berdua sang pelaku seorang bapak-anak yang usianya diatas 30...

Astagfirullahaladzim... Innalillahi, langsung kata-kata itu yang terucap.

Sedih? sudah pasti, apalagi samsul terdiagnosa ascites (perut membesar berisi cairan) entah karena penyakit apa, mungkin FIP, penyakit yang sampai sekarang di dunia kedokteran hewan belum ada obatnya, dan dugaanku juga usia nya tinggal menghitung hari, dan kejamnya hari itu dia sengaja diceburin ke got dan ngga bisa naik karena perut yang sangat besar...

Aku langsung ambil 1 ember air dan sabun, kondisi Samsul benar2 bau dan kotor, tapi untuk mengangkat samsul dari got ngga mungkin bisa pakai serokan sampah, karena besar perutnya, akhirnya dengan perutku yang juga besar dengan kehamilan hampir 8 bulan, aku turun ke got, aku tepikan samsul dan ku mandikan dan ku sabun, tapi namanya juga kucing kampung, dia takut air, jadi usahaku ini ngga 100% berhasil, tapi lumayan lah ngga sekotor sebelumnya.

Aku memandikanya sambil air mata tak henti menangis, marah, sedih, entah apa yang ada dalam pikiranku, kenapa ada orang sejahat itu....

Dan pelaku nya pun melihatku melakukan semua hal tadi, bahkan dia bilang "ngga diangkat aja mbak kucingnya" seolah-olah dia ngga tau siapa yang masukin samsul ke got.
Okelah, dia punya warung makan, mungkin juga samsul datang minta makan, tapi aku yakin 100% samsul ngga bakal naik meja dan nyolong makanan, karena melompat saja dia ngga bisa, apalagi naik meja,,
bukankah sebagai manusia yang diberi akal dan perasaan oleh Allah kita harusnya bisa berfikir jika memang kucing-kucing itu mengganggu manusia, bukan disakiti, tapi dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengganggu, tentu saja dengan memikirkan lokasi untuk kucing bisa mencari makan, di pasar misalnya...
Ah, aku masih saja tak mengerti kenapa manusia bisa sejahat itu...

Pagi ini, aku masih melihat Samsul, dia mengeong, meski sudah diberi makan, aku tau, dia bukan lapar, tapi ingin main dirumahku, ngga biasanya dia seperti itu, ingin dibukakan pintu, menungguku di depan pintu, dan akhirnya ia tertidur pulas,

Siangnya ia beranjak dari tempat dimana ia tidur, badan nya sudah dipenuhi semut merah, aku bersihkan badanya dari semut, dia berbaring lagi di depan rumah dengan tubuh yang lebih lemah, sambil mencoba berkata padanya, aku yakin dia pasti mengerti...

"Samsul, bilang sama Allah, supaya Allah kaih yang terbaik buat kamu, dunia ini kejam ya? tapi jangan takut, nanti ada kehidupan yang jauh lebih baik, kalau aku bisa kesana, aku mau minta sama Allah supaya kamu juga berada disana, sama Chika, kalian akan menjadi hewan surga, Samsul yang sabar yaa..."

 Konyol ya? tapi ngga untuk seorang pecinta kucing...

Sore nya,
ibuku bilang, samsul di bawah kursi sudah ngga gerak dan dikerubutin semut...
innalillahi,
aku datangin samsul, aku masih lihat ada nafas satu2 sesekali ia meregang, tubuhnya sudah penuh semut, air mataku menetes, Yaa Allah, jika ia harus pergi hari ini, ambilah, aku ikhlas....
aku elus dia, dia merespon dengan regangan kaki yang menyakitkan jika kulihat,

aku beranjak dari situ, kuambil linggis menuju kebun samping rumah, aku gali lubang untuk tempat terakhir samsul, cuma itu yang bisa aku lakukan untuknya, karna perut yang besar, aku menggali dengan duduk, untunglah ada tetangga kecilku yang mau membantu

4 jam telah berlalu, samsul belum pergi, masih ada nafas satu-satu, aku bingung harus bagaimana, mulutnya ku tetesin air, dia menelan pelan, makin lama hanya terlihat naik turunya daerah dada, tak ada gerakan, Yaa Allah, semoga dia sudah tidak merasakan sakit apapun...

aku akan menunggunya sampai ia benar2 pergi, dan akan aku kuburkan sendiri dengan tanganku,

2 hari berlalu, dan samsul masih bertahan dengan kondisi sangat memprihatinkan, ia terus mengeluarkan cairan, bahkan bercampur berak, jadi kondisinya sangat-sangat memprihatinkan,

Setelah shalat magrib, ku lihat ia masih bernafas, matanya pun masih membuka, dan bau nya....
akhirnya aku berinisiatif untuk membersihkan badan nya, dengan air detol, supaya ia juga ngga risih dengan bau nya sendiri, aku lap tubuh dan muka nya, lalu ku keringkan dengan kain dan aku alasi tidurnya, dia menatapku, entah apa yang ingin ia katakan, sakitkah? atau ia sedang mengucapkan terimakasih? Ah, samsul, aku tak butuh itu, aku hanya ingin kamu tidak menderita....

Malam itu, aku berharap Allah memberikan yang terbaik untuk Samsul...

Keesokan paginya, mbak yah bilang samsul sudah ngga ada, aku langsung mengucap innalillahi, dan alhamdulillah karena semua penderitaanya telah berakhir,

Pagi itu aku menguburnya, lengkap dengan kain alas tidurnya, kali ini aku tidak menangis, aku tau ini yang terbaik untuk samsul,, dan untuk kami semua,, selamat jalan samsul, semoga kita dipertemukan di kehidupan yang lebih baik :)

samar, aku seperti melihatnya sedang bersama Chika di pintu surga.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar